Kamis, 31 Oktober 2013

Bangunan Berkelanjutan yang Hemat Energi

Assalamu 'Alaikum Wr. Wb.

Salah satu aspek penting dalam desain arsitektur yang semakin hari semakin dirasakan penting adalah penataan energi dalam bangunan. 50% enrgi dari konsumsi bahan bakar fosil di dunia dipakai oleh arsitek dalam pelayanan dan penggunaan bangunan. Krisis sumber energi takterbaharui mendorong arsitek untuk semakin peduli akan energi dengan cara beralih kesumber energy terbaruhi dalam merancang bangunan yang hemat energi, penggunaan pendekatan desain ekologis, dll.
Dalam desain bangunan hemat energi, kita haus mengetahui terlebih dahulu memahami tentang Carbon footprint atau jejak karbon. Carbon footprint adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh kegiatan tertentu dan hal ini digunakan sebagai salah satu cara bagi organisasi atau individu untuk menilai konstribusi mereka terhadap iklim (Guide to Pas 2050)
Komponen jejak karbon pada bangunan:
1.    Ibu kota lingkungan intrinsik dalam pembangunan, Energi dan sumber daya yang dikeluarkan dalam pembuatan dan transportasi bahan, energi yang dibutuhkan untuk menyiapkan dan melayani situs, dan kemudian membangun bangunan.
2.    Jejak energi meluas untuk memasukkan energi yang digunakan untuk mempertahankan dan menjaga pengembangan dan persyaratan layanan harian setelah itu digunakan.
3.    Energi yang penghuni keluarkan dalam bergerak antara bangunan dan seluruh kota , bersama-sama dengan energi yang dibutuhkan untuk memberi makan penghuni .
4.   Energi yang dibutuhkan untuk menghancurkan pembangunan dan membersihkan tempat saat telah mencapai akhir masa pakainya.
Pembangunan hemat energi Carbon footprint: Bahan Bangunan
1.   Dalam memilih bahan bangunan pertimbangan pertama adalah jumlah energi yang digunakan dalam pembuatannya.
2.      Sebagai panduan kasar namun, intensitas energi dari bahan bangunan akan bertindak sebagai panduan untuk kehijauan nya ( vale dan vale , 1991) .
3.     Bahan bangunan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok luas sesuai dengan kandungan energi : sedang, rendah, dan tinggi.
4.        Kandungan energi bahan ditunjukkan dalam tabel diukur dalam kilowatt - jam per kilogram
5.        Bobot masing-masing bahan bangunan harus diketahui jika perancang ingin memperkirakan kandungan energi total konstruksi selesai .
6.        Kandungan energi dari bahan bangunan terhubung dengan sifat proses penyempurnaan .
7.      Secara umum bahan-energi rendah, cenderung menjadi yang paling mencemari sebagai energi yang sudah kurang digunakan.
8.        Untuk mencapai Struktur berkelanjutan bahan berenergi rendah harus digunakan dalam preferensi untuk orang-orang dari kandungan energi tinggi.
Saran dan komentarnya yeee.....

Wassalamm............
Sumber Referensi:
http://www.slideshare.net/fahmyatauhid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar