Minggu, 05 Mei 2013

Desain Kamar Tidur Minimalis







KAMAR TIDUR

Saya memilih kamar tidur karena kamar tidur sebagai area paling pribadi di rumah, tak hanya dimanfaatkan untuk tidur, tapi juga melepas kepenatan, baik fisik, pikiran, dan emosi. Oleh sebab itu, kamar tidur memang sebaiknya di desain dengan menggunakan elemen interior yang menghangatkan.

Ruangan ini menerapkan konsep minimalis karena penggunaan interior dan penataannya yang tidak terlalu berlebihan. Pemilihan warnanya pun cenderung serasi dengan interior yang ada. Pada dasarnya penataan ruang itu berdasarkan yang punya, akan tetapi haruslah memperhatikan kenyamanan dan keserasian serta kondisi ruangan yang ada.

Rabu, 01 Mei 2013

MMM KOTA CURITIBA ITUU...

Assalamu 'Alaikum Wr. Wb.
Seperti apa yah kota Curitiba itu.?
Awalnya saya sendiri juga tidak tahu Curitiba itu apa, apakah kota, makanan atau apalah, di mana curitiba itu berada, saya sama skali tidak tahu. Namun kemarin pas lagi kuliah, dosen saya perlihatkan sekaligus perkenalkan Curitiba itu dalam bentuk video, dan ternyata Curitiba itu adalah Kota yang ada di Brazil.
Kesan pertama pas nonton saya bilang nya WOW (lebai yah hehe), sambil serius mengangguk-ngangguk melihat Kota Curitiba kayak orang paling ngerti tentang kota, (padahal dan padahal titik-titik)
Kemudian saya searching di Internet (http://wikipedia.org/wiki/Curitiba) tentang Kota Curitiba, dan ternya Curitiba itu adalah ibukota Provinsi Parana, yang ada di Negara Brazil. Kota Curitiba itu terletak di Brazil bagian tenggara, jaraknya sekitar 1.081 km dari ibu kota Brazil, Brasilia. Kota Curitiba terletak di dataran tinggi sekitar 934,6 meter di atas permukaan laut dan terletak 65 mil dari pelabuhan laut Paranagua. Luas Kota Curitiba ada 430 kilometer persegi. Sensus tahun 2010 menunjukkan penduduk Kota Curitiba berjumlah 2.469.489 jiwa.
Sebagaimana kota-kota besar lain di seluruh dunia, Kota Curitiba juga mengalami berbagai permasalahan urban, antara lain pertambahan populasi dan sampah. Jumlah penduduk Kota Curitiba yang besar menghasilkan volume sampah yang besar pula. Namun demikian Kota Curitiba tidak terpuruk dalam permasalahan sampah. Pada tahun 1989 Kota Curitiba memulai inovasi pengelolaan sampah yang ekonomis dan berwawasan lingkungan yang diberi tajuk “Garbage that is not Garbage” (Sampah yang Bukan Sampah). Inovasi pengelolaan sampah tersebut dapat mendaur ulang 70% sampah Kota Curitiba dan 90% penduduknya berpartisipasi dalam program daur ulang sampah. Upaya tersebut diapresiasi oleh United Nations Environment Programme (UNEP) yang pada tahun 1990 memberikan penghargaan tertinggi bidang lingkungan hidup pada Kota Curitiba (Keuhn 2007, Fazzano & Weiss 2004). Adapun empat inovasi tersebut adalah:
1.     Pembelian Sampah
Pada tahun 1989, Kota Curitiba membutuhkan pabrik daur ulang sampah. Sayangnya pendirian pabrik tersebut membutuhkan dana 70 juta US dollar sementara itu pemerintah Kota Curitiba tidak memiliki dana sebesar itu. Sebagai solusinya, pemerintah melakukan kampanye pemilahan sampah berdasarkan kategori organic dan non organic. Pelaksanaan kampanye program tersebut dibantu oleh Institute for Social Integration. Program ini selain bertujuan untuk memelihara kebersihan kota juga dapat mengurangi pengangguran karena melibatkan 16.000 pengumpul sampah independent yang dibayar setiap akhir pekan atau akhir bulan setelah mengumpulkan sampah dari 25 area tertentu yang sulit diakses truk pengangkut sampah. Setiap bulan ada 555 ton sampah yang dibeli melalui program ini. Pengumpul sampah independent berfungsi untuk membantu 2.000 petugas kebersihan resmi yang dipekerjakan oleh pemerintah Kota Curitiba. Di Curitiba pengumpul sampah independent mendapat posisi terhormat karena bekerja keras menjaga kebersihan kota dan mereka merupakan komponen ekonomi yang penting (Rabinovitch & Leitman, 1996; Keuhn, 2007).
2.     Penukaran Sampah
Program yang dimulai pada tahun 1991 ini ditujukan bagi masyarakat berpendapatan rendah. Kegiatannya adalah mengumpulkan, memilah dan menukar sampah rumah tangga dengan barang kebutuhan sehari-hari seperti tiket bis, buku tulis bagi anak sekolah, dan bahan makanan. Disediakan 97 lokasi penukaran sampah yang berpindah setiap dua minggu sekali. Dalam perkembangannya pemerintah Kota Curitiba mengeluarkan kebijakan menukar sampah dengan buah dan sayuran segar. Setiap empat kilogram sampah dihargai setara dengan satu kilogram buah atau sayuran segar. Melalui program ini setiap bulan ada sekitar 60.000 kilogram buah dan sayuran segar yang dibarter dengan sampah. Pemerintah Kota Curitiba membeli buah dan sayuran segar dari petani lokal. Program ini selain dapat menstabilkan perekonomian petani, sekaligus juga menyediakan bahan pangan bagi 35.000 keluarga miskin serta menjaga kebersihan lingkungan kota. Melalui program ini setiap hari ada sekitar 9 ton sampah yang berhasil dikumpulkan masyarakat Kota Curitiba (Martins 2007 dalam Keuhn, 2007; Fazzano & Weiss, 2004).
3.     Pendidikan Lingkungan Hidup
The Free Open University for the Environment yang didirikan pada tahun 1991 merupakan daya tarik ecotourist yang unik dan terkenal di Kota Curitiba. Universitas tersebut memberikan program pendidikan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup (PLH) secara gratis pada masyarakat umum. Lokasi universitas yang terletak di tengah hutan kota membedakannya dengan lembaga pendidikan pemerintah yang lain. Perusahaan pemerintah maupun swasta di sektor industri tertentu seperti kimia, lingkungan, energi dan petrokimia bahkan mensyaratkan pekerjanya untuk mengikuti program PLH di universitas tersebut. Banyak anggota masyarakat seperti ibu rumah tangga, pengawas bangunan, pelayan toko, dan sebagainya yang mengikuti PLH secara sukarela. Sedangkan bagi anak-anak sejak tahun 1989 diperkenalkan program SE-PA-RE (separate). Program SE-PA-RE ini bertujuan untuk mendidik anak-anak mengenai pentingnya memilah sampah. Sesuai dengan sasaran didiknya, program SE-PA-RE menggunakan media kartun (Rabinovitch & Leitman, 1996; McCartney 2006; Fazzano & Weiss 2004; Keuhn 2007).
4.     Semua Bersih
Kota Curitiba mendanai program padat karya yang dilakukan secara berkala untuk membersihkan wilayah tertentu di dalam kota yang banyak terdapat timbulan sampah namun tidak dapat dijangkau oleh system layanan pengelolaan sampah konvensional. Program ini dilakukan di 135 neighbourhoods (rukun tetangga). Selain membersihkan jalan dan tempat-tempat lain, program ini juga membuat dan memelihara kebun sayur di bekas tempat penampungan sampah. Program ini mempekerjakan para pensiunan, pengangguran, mantan pemabok dan tuna wisma yang membutuhkan pendapatan. Program ini tidak berbasis pada mekanisme modal-insentif tetapi pada partisipasi publik (Rabinovitch & Leitman, 1996; McCartney 2006).
Wassalam..........