Jumat, 12 Oktober 2012

WaterPass

Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke acuan berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar, perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat berada di tengah, berarti waterpass telah terpasang dengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda panah menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran bidik akan terbaca dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih ketinggian diperoleh dengan cara mengurangi nilai pengukuran sasaran bidik kiri dengan kanan. Waterpass memiliki nivo sebagai penyama ketinggian, lensa objektif, lensa okuler, dan penangkap cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat menentukan berapa banya tanah yang dibutuhkan untuk meratakan suatu lokasi. Alat ini bersifat sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga memerlukan payung untuk menutupi cahaya matahari.
Bagian-bagian dari WaterPass
1.      Lensa
http://2.bp.blogspot.com/-dqFI0gwfwYA/TtCupWKZD0I/AAAAAAAAACc/bbUWlMmN9j4/s320/Graphic1.jpg
Pada lensa sendiri terdapat benang vertical dan horizontal; benang horizontal sendiri tidak hanya satu tapi TIGA  yaitu benang atas, benang bawah dan benang tengah. Para benang benang itu di ciptakan bukan tanpa tujuan (alias GEJE) tapi mereka punya tujuan masing masing, misalnya  kalau kita mau mencari jarak antar titik maka benang atas (BA)  - benang bawah (BB)= jarak alat ke rambu ukur. Rambu ukur adalah sebuah rambu yang kita bidik alias jadi sasaran pembacaan benang atas bawah dan tengah.
2.      Nifo
http://1.bp.blogspot.com/-LgQJxLHSnqw/TtCvHHw2YEI/AAAAAAAAACk/HN98oECjBmQ/s320/41690_atg6h.jpg
Nifo disini sebagai  penentu alat ini sudah siap digunakan atau belum. Jika nifo sudah dalam posisi center (pas di tengah) maka alat sudah benar-benar siap digunakan.
3.      Sudut Kasar
http://4.bp.blogspot.com/-ZA7MOFeUM5Q/TtCvbCadK1I/AAAAAAAAACs/SHI3Hy-zByI/s320/41690_atg6.jpg








ALAT PELENGKAP YANG HARUS ADA
1.      TRIFOOD
http://4.bp.blogspot.com/-lrD3HjpJuJw/TtCvxmXycxI/AAAAAAAAAC0/Whhtm_wdpYA/s1600/s_2256085_alw20.jpg
2.      RAMBU UKUR
Tinggi rambu ukur yang umum digunakan adalah 3m, sementara tiap satu kotak adalah 1cm. biar kagak bingung nie gua kasih gambarnya.
http://1.bp.blogspot.com/-UOPEvRlb3u4/TtCv4rCkBWI/AAAAAAAAAC8/kHSVMoAiTGo/s1600/staff_readings.jpg
Cara penggunaannya ada 2 macam, bisa pakai 2 rambu bisa juga pakai 1 rambu:
a.       Menggunakan Satu Rambu
Disini kita hanya menggunakan satu rambu ukur dan satu alat.
http://1.bp.blogspot.com/-_fN84xJsFQc/TtCwAcN5SJI/AAAAAAAAADE/c5pAifM4mEM/s320/Untitled.jpg
cara mencari jaraknya adalah BA-BB
sedangkan mencari ΔH= Tinggi alat - BT rambu
b.      Menggunakan Dua Rambu
Kalau yang ini uda sangat amat umum sekali (boroz banget kata-katanya)(biarin  yang penting happy). Langsung  saja perhatikan gambar berikut ini.
http://1.bp.blogspot.com/-XkgS4J5yil8/TtCwg0lFRRI/AAAAAAAAADM/Mz5javl9lmg/s320/UntitledA.jpg
cara mencari jarak titik A ke B = (BA-BB) pada titik a + (BA-BB) pada titik B
ΔH AB= BT titik A-BT titik B
Penerapan pada ring polygon
a.      Polygon Tertutup
Pada polygon tertuup ƩΔH harus sama dengan nol. Ini membuktikan bahwa ketinggiannya kembali ke  titik awal. Ini biasanya dilaksanakan pada pekerjaan gedung.
http://4.bp.blogspot.com/-K3DOeLXfse4/TtCyYAn_oTI/AAAAAAAAADU/npwwnJr0Foc/s320/Untitledjhhh.jpg
b.      Polygon Terbuka
Jika pada polygon tertutup ƩΔH harus sama dengan nol, pada polygon terbuka TIDAK BERLAKU. Karena pada polygon terbuka  titik polygon awal tidak menyambung dengan titik polygon terakhir.  Ini  biasa digunakan pada pekerjaan jalan.
http://1.bp.blogspot.com/-Dk5TgeXcXFQ/TtCye1KrkHI/AAAAAAAAADc/wCho0zhunt0/s320/Untitledaaaaaa.jpg

Syarat-syarat polygon dikatakan polygon terbuka untuk penggunaan WP
a.      Missal kita pakai empat titik polygon, maka titik satu harus bisa melihat titik dua dan titik empat. Sementara titik dua harus bisa  melihat titik satu dan titik tiga dan seterusnya.
b.      ƩΔH harus sama dengan nol.

CARA KERJA WATERPASS
Yang diamati dilapangan adalah pembacaan:
  • · bentang tengah (BT),
  • · bentang bawah (BB)
  • · bentang atas (BA)
  • · sudut horizontal kasar
Angka angka pada BT, BB, BA dapat kita baca pada rambu yang
ditegakan pada strat pot (patok kayu yang diberi paku payung)
melalui water pass yang telah distel.
  1. pasang la trifood statif(kaki 3) setinggi dada juru ukur,
dan pasang water pass pada kaki 3
  1. atur lah alat ukur sehingga nivo kontak tepat ditengah, dengan menggunakan 3 buah skrup penyetel
  2. Intip lensa okuler, fokuskan pada tiang (objek) yang akan diukur.
  3. Catat ketinggian tiang.
  4. Ulangi langkah yang sama pada tempat yang akan dicari selisih ketinggiannya.
Setelah melakukan pengukuran di lapangan,maka kita dapat membuat tabel hasil pengukuran dan mendapatkan gambar hasil kontur tanahnya.
Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah:
  • a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.
  • b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.
  • c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.
  • d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
  • e. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.
  • f. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m.
  • g. saat terbaik pengukuran pagi jam 06.00 - 11.00 siang jam 15.00 - 18.00
Dalam pembuatan jalan maupun pembangunan diperlukan suatu pengukuran beda tinggi agar dapat diketahui perbedaan tinggi yang ada dipermukaan tanah.
Kesalahan dalam pengukuran Waterpass
Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan angka, sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang didapat di lapangan dengan hasil dari perhitungan.
Kesalahan Dalam Pengukuran:
Dalam melakukan pengukuran kemungkinan terjadi kesalahan pastilah ada dimana sumber kesalahan atau permasalahan tersebut, antara lain :
a. Kesalahan yang bersumber dari pengukur
Kurangnya ketelitian mata dalam pembacaan alat waterpass, yaitu pembacaan benang atas, benang bawah, dan benang tengah.
Adanya emosi dari pengukur akibat rasa lapar,cuaca yang panas,dan penyebab emosi yang lainnya sehingga tergesa-gesa dalam melakukan pengukuran dan akhirnya terjadi kesalahan mencatat.
b. Kesalahan yang bersumber dari alat
Pita ukur yang sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya akan berubah, apalagi jika menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau tidak memenuhi standar lagi.
Patahnya pita ukur akibat terlalu kencangnya menarik pita ukur, sehingga panjang pita ukur bergeser (berkurang)
c. Kesalahan yang bersumber dari alam.
Adanya angin yang membuat rambu ukur terkena hembusan angin, sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak.
Angin yang merupakan faktor alam, membuat pita ukur menjadi susah diluruskan, sehingga jarak yang didapatkan menjadi lebih panjang daripada jarak sebenarnya.



DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar