Assalamu 'Alaikum Wr. Wb.
A.
Gaya yang mungkin Timbul
Pada Bangunan Tinggi
1. Gayal Lateral
Pada
struktur bangunan tinggi, hal ini penting untuk stabilitas dan kemampuanbya
menahan gaya lateral, baik disebabkan oleh angin atau gempa bumi. Beban angin lebih
terkait pada massa bangunan.
2. Gaya External
Gaya
external adalah gaya yang berasal dari luar bangunan. Gaya yang berasal dari
luar bangunan seperti:
a. Gaya angin
b. Gempa bumi
3. Gaya Internal
Gaya
internal adalah gaya yang berasal dari dalam bangunan seperti beban bangunan
itu sendiri. Beban yang ada pada bangunan terbagi dua yaitu beban mati dan
beban hidup:
a. Beban hidup
1) Manusia
2) Lemari
3) Benda-benda yang
dapat dipindahkan
b. Beban mati
1) Berat pondasi
2) Kolom
3) Dinding, dll.
Mengontrol Kuat Geser 1 Arah
Kerusakan akibat gaya geser 1 arah terjadi pada
keadaan dimana mula- mula terjadi retak miring pada daerah beton tarik (seperti
creep), akibat distribusi beban vertikal dari kolom (Pu kolom) yang
diteruskan ke pondasi sehingga menyebabkan bagian dasar pondasi mengalami
tegangan. Akibat tegangan ini, tanah memberikan respon berupa gaya reaksi
vertikal ke atas (gaya geser) sebagai akibat dari adanya gaya aksi tersebut.
Kombinasi beban vertikal Pu kolom (ke bawah) dan gaya geser tekanan tanah ke
atas berlangsung sedemikian rupa hingga sedikit demi sedikit membuat retak
miring tadi semakin menjalar keatas dan membuat daerah beton tekan semakin
mengecil.
Dengan semakin mengecilnya daerah beton tekan ini,
maka mengakibatkan beton tidak mampu menahan beban geser tanah yang mendorong
ke atas, akibatnya beton tekan akan mengalami keruntuhan. Berikut ini
ilustrasinya :
Gambar 1. Kerusakan Pondasi Akibat
Gaya Geser 1 arah
Kerusakan pondasi yang diakibatkan oleh gaya geser 1
arah ini biasanya terjadi jika nilai perbandingan antara nilai a dan nilai d
cukup kecil, dan karena mutu beton yang digunakan juga kurang baik, sehingga
mengurangi kemampuan beton dalam menahan beban tekan.
Gambar 2. Keretakan Pondasi Akibat
Gaya Geser 1 arah
Mengontrol Kuat Geser 2 Arah (Punching Shear)
Kuat geser 2 arah atau biasa disebut juga dengan geser
pons, dimana akibat gaya geser ini pondasi mengalami kerusakan di
sekeliling kolom dengan jarak kurang lebih d/2. Berikut ini ilustrasinya :
Gambar 3. Kerusakan Pondasi Akibat
Gaya Geser 2 arah
Beban yang bekerja pada pondasi adalah beban dari
reaksi tegangan tanah yang bergerak vertikal ke atas akibat adanya gaya aksi
vertikal kebawah (Pu) yang disalurkan oleh kolom. Tulangan pondasi dihitung
berdasarkan momen maksimal yang terjadi pada pondasi dengan asumsi bahwa
pondasi dianggap pelat yang terjepit dibagian tepi- tepi kolom. Menurut
SNI 03-2847-2002, tulangan pondasi telapak berbentuk bujur sangkar harus
disebar merata pada seluruh lebar pondasi.
Perhatikan,
meskipun terlihat cukup banyak element vertikal tetapi yang berupa kolom
struktur satu, yaitu yang ke dua dari sebelah kanan, yang lain adalah kolom
praktis yang benar-benar praktis tidak memberi perlawanan terhadap gaya lateral
gempa
B.
Pembebanan
Pada Bangunan Tinggi
Pada bagian di atas telah
diketahui bahwa gaya yang bekerja pada suatu bangunan akan mengalami penyaluran
beban. Beban-beban tersebut diantaranya;
1. Beban Mati
Beban
mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang bersifat tetap,
termasuk segala bagian tambahan, mesin-mesin serta perlengkapan tetap yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bangunan itu.
2. Beban Hidup
Beban
hidup adalah beban yang sifatnya dapat beubah-ubah atau begerak sesuai dengan
penggunaan bangunan (ruangan) yang bukan bagian dari konstruksi bangunan. Beban
hidup dapat menopang pada beban mati yang dapat berubah dalam jangka waktu
pendek sesuai pergerakan atau pemindahan benda dan dapat juga berubah dalam
jangka waktu panjang. Adapun jenis beban hidup yang ada pada bangunan meliputi:
manusia, furniture, kendaraan, dan gerakan yang terjadi seperti ledakan
3. Beban Angin
Beban
angin adalah semua beban yang bekerja pada bangunan atau bagian bangunan yang
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban agin diperhitungkan karena
angin besar dapat menekan bangunan dan mempengaruhi kekuatannya. Bila kecepatan
angin di suatu daerah rata-rata konstan, maka hal ini dapat disebut statis.
Apabila perubahannya besar maka termasuk tekanan dinamis. Tekanan dinamis ini
dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan seperti kekasaran dan bentuk
kerampingan bangunan, dan letak bangunan yang berdekatan satu sama lain.
4. Beban Gempa
Beban
gempa adalah semua beban static ekivalen yang bekerja pada bangunan atau bagian
bangunan yang menirukan pengaruh dari pergerakan tanah akibat gempa itu.
Pengaruh gempa pada struktur ditentukan berdasarkan analisa dinamik, maka yang
diartikan dalam beban gempa yaitu gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang
terjadi oleh tanah akibat gempa itu.
5. Beban Additional
Beban
additional adalah beban yang memiliki nilai yang lebih besar dari nilai beban
mati atau beban hidup dan merupakan bagian dari struktur yang harus ditinjau.
Diantara beban additional adalah tendon air di atas bangunan, kuda-kuda,
tangga, dan lift.
Selain beban yang disebutkan diatas ada juga sifat beban
yang ada pada bangunan, jenis beban tersebut ialah beban vertical dan beban
horizontal.
1. Beban Vertikal
Pada struktur post and beam, struktur akan
memikul beban beban vertikal dan selanjutnya beban diteruskan ke tanah. Pada
struktur jenis ini, balok terletak bebas di atas kolom. Sehingga pada saat
beban menyebabkan momen pada balok, ujung-ujung balok berotasi di ujung atas
kolom. Jadi, sudut yang dibentuk antara ujung balok dan ujung atas kolom
berubah. Kolom tidak mempunyai kemampuan untuk menahan rotasi ujung balok. Ini
berarti tidak ada momen yang dapat diteruskan ke kolom,sehingga kolom memikul
gaya aksial. Apabila suatu struktur rangka kaku mengalami beban vertikal
seperti di atas, beban tersebut juga dipikul oleh balok, diteruskan ke kolom
dan akhirnya diterima oleh tanah. Beban itu menyebabkan balok cenderung
berotasi. Tetapi pada struktur rangka kaku akan terjadi rotasi bebas pada ujung
yang mencegah rotasi bebas balok. Hal ini dikarenakan ujung atas kolom dan
balok berhubungan secara kaku. Hal penting yang terjadi adalah balok tersebut
lebih bersifat mendekati balok berujung jepit, bukan terletak secara sederhana.
Seiring
dengn hal tersebut, diperoleh beberapa keuntungan, yaitu bertambahnya kekakuan,
berkurangnya defleksi, dan berkurangnya momen lentur internal. Akibat lain dari
hubungan kaku tersebut adalah bahwa kolom menerima juga momen lentur serta gaya
aksial akibat ujung kolom cenderung memberikan tahanan rotasionalnya. Ini
berarti desain kolom menjadi relatif lebih rumit. Titik hubung kaku berfungsi
sebagai satu kesatuan. Artinya, bila titik ujung itu berotasi, maka sudut
relatif antara elemen-elemen yang dihubungkan tidak berubah. Misalnya, bila
sudut antara balok dan kolom semula 900, setelah titik hubung berotasi, sudut
akan tetap 900. Besar rotasi titik hubung tergantung pada kekakuan relatif
antara balok dan kolom. Bila kolom semakin relatif kaku terhadap balok, maka
kolom lebih mendekati sifat jepit terhadap ujung balok, sehingga rotasi titik
hubung semakin kecil.
Bagaimanapun
rotasi selalu terjadi walaupun besarannya relatif kecil. Jadi kondisi ujung
balok pada struktur rangka kaku terletak di antara kondisi ujung jepit (tidak
ada rotasi sama sekali) dan kondisi ujung sendi-sendi (bebas berotasi). Begitu
pula halnya dengan ujung atas kolom. Perilaku yang dijelaskan di atas secara
umum berarti bahwa balok pada sistem rangka kaku yang memikul beban vertikal
dapat didesain lebih kecil daripada balok pada sistem post and beam.
Sedangkan kolom pada struktur rangka kaku harus didesain lebih besar
dibandingkan dengan kolom pada struktur post and beam, karena pada
struktur rangka kaku ada kombinasi momen lentur dan gaya aksial. Sedangkan pada
struktur post and beam hanya terjadi gaya aksial. Ukuran relatif kolom
akan semakin dipengaruhi bila tekuk juga ditinjau. Hal ini dikarenakan kolom
pada struktur rangka mempunyai tahanan ujung, sedangkan kolom pada post and
beam tidak mempunyai tahanan ujung. Perbedaan lain antara struktur rangka
kaku dan struktur post and beam sebagai respon terhadap beban vertikal
adalah adanya reaksi horisontal pada struktur rangka kaku. Sementara pada
struktur post and beam tidak ada.
Pondasi
untuk rangka harus didesain untuk memikul gaya dorong horisontal yang
ditimbulkan oleh beban vertikal. Pada struktur post and beam yang
dibebani vertikal, tidak ada gaya dorong horisontal, jadi tidak ada reaksi
horisontal. Dengan demikian, pondasi struktur post and beam relatif
lebih sederhana dibandingkan pondasi untuk struktur rangka.
Ini merupakan salah satu kerusakan tipikal bangunan-bangunan lama, yang
mana fokusnya masih pada pembebanan vertikal. Perhatikan tembok satu batu saja
dengan ringannya dapat terbelah oleh gempa, juga balok kayu di atas, meskipun
masih utuh, tetapi tidak ada peranannya dalam memikul gaya lateral akibat
gempa. Itu merupakan konstruksi simple beam, sedangkan tembok seperti kolom
kantilever, bahkan mungkin seperti sendi-bebas (tidak stabil terhadap beban
lateral)
2. Beban Horizontal
Perilaku struktur post and beam dan struktur
rangka terhadap beban horisontal sangat berbeda. Struktur post and beam dapat
dikatakan hampir tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk memikul beban
horisontal. Adanya sedikit kemampuan, pada umumnya hanyalah karena berat
sendiri dari tiang / kolom (post), atau adanya kontribusi elemen lain,
misalnya dinding penutup yang berfungsi sebagai bracing. Tetapi perlu
diingat bahwa kemampuan memikul beban horisontal pada struktur post and beam
ini sangat kecil. Sehingga struktur post and beam tidak dapat
digunakan untuk memikul beban horisontal seperti beban gempa dan angin.
Sebaliknya, pada struktur rangka timbul lentur, gaya geser dan gaya aksial pada
semua elemen, balok maupun kolom. Momen lentur yang diakibatkan oleh beban
lateral (angin dan gempa) seringkali mencapai maksimum pada penampang dekat
titik hubung. Dengan demikian, ukuran elemen struktur di bagian yang dekat
dengan titik hubung pada umumnya dibuat besar atau diperkuat bila gaya
lateralnya cukup besar.
Rangka kaku dapat diterapkan pada gedung besar maupun
kecil. Secara umum, semakin tinggi gedung, maka akan semakin besar pula momen
dan gaya-gaya pada setiap elemen struktur. Kolom terbawah pada gedung
bertingkat banyak pada umumnya memikul gaya aksial dan momen lentur terbesar.
Bila beban lateral itu sudah sangat besar, maka umumnya diperlukan kontribusi
elemen struktur lainnya untuk memikul, misalnya dengan menggunakan pengekang (bracing)
atau dinding geser (shear walls)
Efek Kondisi
Pembebanan Sebagian
Seperti yang terjadi pada balok menerus, momen
maksimum yang terjadi pada struktur rangka bukan terjadi pada saat rangka itu
dibebani penuh. Melainkan pada saat dibebani sebagian. Hal ini sangat
menyulitkan proses analisisnya. Masalah utamanya adalah masalah prediksi
kondisi beban yang bagaimanakah yang menghasilkan momen kritis.
Wassalam............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar