Gaya dan Pembebanan pada Bangunan
1.
Definisi
Gaya yang mungkin Timbul Pada Bangunan
Ø
Sistem
penahan gaya lateral
Pada
struktur bangunan tinggi, hal ini penting untuk stabilitas dan kemampuanbya
menahan gaya lateral, baik disebabkan oleh angin atau gempa bumi. Beban angin
lebih terkait pada massa bangunan.
Ø
Gaya
External
Gaya
external adalah gaya yang berasal dari luar bangunan. Gaya yang berasal dari
luar bangunan seperti :
o Gaya angin
o
Gempa
bumi
Ø
Gaya
Internal
Gaya
internal adalah gaya yang berasal dari dalam bangunan seperti beban bangunan
itu sendiri. Beban yang ada pada bangunan terbagi dua yaitu beban mati dan
beban hidup.
o
Beban
hidup:
§ Berat manusia;
§
Lemari
dan;
§
Benda-benda
yang dapat dipindahkan.
o
Beban
mati:
§ Berat pondasi;
§
Kolom;
§
Dinding,
dll.
Mengontrol Kuat Geser 1 Arah
Kerusakan
akibat gaya geser 1 arah terjadi pada keadaan dimana mula- mula terjadi retak
miring pada daerah beton tarik (seperti creep), akibat distribusi beban
vertikal dari kolom (Pu kolom) yang diteruskan ke pondasi sehingga menyebabkan
bagian dasar pondasi mengalami tegangan. Akibat tegangan ini, tanah memberikan
respon berupa gaya reaksi vertikal ke atas (gaya geser) sebagai akibat dari
adanya gaya aksi tersebut. Kombinasi beban vertikal Pu kolom (ke bawah) dan
gaya geser tekanan tanah ke atas berlangsung sedemikian rupa hingga sedikit
demi sedikit membuat retak miring tadi semakin menjalar keatas dan membuat
daerah beton tekan semakin mengecil.
Dengan
semakin mengecilnya daerah beton tekan ini, maka mengakibatkan beton tidak
mampu menahan beban geser tanah yang mendorong ke atas, akibatnya beton tekan
akan mengalami keruntuhan. Berikut ini ilustrasinya :
Gambar 1. Kerusakan Pondasi Akibat Gaya Geser 1 arah
Kerusakan pondasi yang diakibatkan oleh gaya geser 1
arah ini biasanya terjadi jika nilai perbandingan antara nilai a dan nilai d
cukup kecil, dan karena mutu beton yang digunakan juga kurang baik, sehingga
mengurangi kemampuan beton dalam menahan beban tekan.
Gambar 2. Keretakan Pondasi Akibat Gaya Geser 1 arah
Mengontrol
Kuat Geser 2 Arah (Punching Shear)
Kuat geser 2 arah atau biasa disebut juga dengan geser pons, dimana
akibat gaya geser ini pondasi mengalami kerusakan di sekeliling kolom dengan
jarak kurang lebih d/2. Berikut ini ilustrasinya :
Gambar 3. Kerusakan Pondasi Akibat Gaya Geser 2 arah
Beban yang
bekerja pada pondasi adalah beban dari reaksi tegangan tanah yang bergerak
vertikal ke atas akibat adanya gaya aksi vertikal kebawah (Pu) yang disalurkan
oleh kolom. Tulangan pondasi dihitung berdasarkan momen maksimal yang terjadi
pada pondasi dengan asumsi bahwa pondasi dianggap pelat yang terjepit dibagian
tepi- tepi kolom. Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan pondasi telapak
berbentuk bujur sangkar harus disebar merata pada seluruh lebar pondasi.
Perhatikan,
meskipun terlihat cukup banyak element vertikal tetapi yang berupa kolom
struktur satu, yaitu yang ke dua dari sebelah kanan, yang lain adalah kolom
praktis yang benar-benar praktis tidak memberi perlawanan terhadap gaya lateral
gempa.
2. Pembebanan pada Bangunan Tinggi
Ø
Penyaluran
Beban
Pada bagian diatas telah diketahui gaya yang bekerja
pada suatu bangunan. Gaya tersebut akan mengalami penyaluran beban. Beban-beban
tersebut di antaranya:
1.
Beban
Mati:
Beban mati adalah berat dari semua
bagian dari suatu bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala bagian
tambahan, mesin-mesin serta perlengkapan tetap yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari bangunan itu.
2.
Beban
Hidup:
Beban hidup adalah beban yang sifatnya
dapat beubah-ubah atau begerak sesuai dengan penggunaan bangunan (ruangan) yang
bukan bagian dari konstruksi bangunan. Beban hidup dapat menopang pada beban
mati yang dapat berubah dalam jangka waktu pendek sesuai pergerakan atau
pemindahan benda dan dapat juga berubah dalam jangka waktu panjang. Adapun
jenis beban hidup yang ada pada bangunan meliputi: manusia, furniture,
kendaraan, dan gerakan yang terjadi seperti ledakan.
3.
Beban
Angin:
Beban angin adalah semua beban yang
bekerja pada bangunan atau bagian bangunan yang disebabkan oleh selisih dalam
tekanan udara. Beban agin diperhitungkan karena angin besar dapat menekan
bangunan dan mempengaruhi kekuatannya. Bila kecepatan angin di suatu daerah
rata-rata konstan, maka hal ini dapat disebut statis. Apabila perubahannya
besar maka termasuk tekanan dinamis. Tekanan dinamis ini dipengaruhi oleh
factor-faktor lingkungan seperti kekasaran dan bentuk kerampingan bangunan, dan
letak bangunan yang berdekatan satu sama lain.
4.
Beban
Gempa:
Beban gempa adalah semua
beban static ekivalen yang bekerja pada bangunan atau bagian bangunan yang
menirukan pengaruh dari pergerakan tanah akibat gempa itu. Pengaruh gempa pada
struktur ditentukan berdasarkan analisa dinamik, maka yang diartikan dalam
beban gempa yaitu gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh tanah
akibat gempa itu.
5.
Beban
Additional:
Beban additional adalah beban yang
memiliki nilai yang lebih besar dari nilai beban mati atau beban hidup dan
merupakan bagian dari struktur yang harus ditinjau. Diantara beban additional
adalah tendon air di atas bangunan, kuda-kuda, tangga, dan lift.
Selain beban
yang disebutkan diatas ada juga sifat beban yang ada pada bangunan, jenis beban
tersebut ialah beban vertical dan beban horizontal.
1. Beban Vertikal
Pada
struktur post and beam, struktur akan memikul beban beban vertikal dan selanjutnya
beban diteruskan ke tanah. Pada struktur jenis ini, balok terletak bebas di
atas kolom. Sehingga pada saat beban menyebabkan momen pada balok, ujung-ujung
balok berotasi di ujung atas kolom. Jadi, sudut yang dibentuk antara ujung
balok dan ujung atas kolom berubah. Kolom tidak mempunyai kemampuan untuk
menahan rotasi ujung balok. Ini berarti tidak ada momen yang dapat diteruskan
ke kolom,sehingga kolom memikul gaya aksial. Apabila suatu struktur rangka kaku
mengalami beban vertikal seperti di atas, beban tersebut juga dipikul oleh
balok, diteruskan ke kolom dan akhirnya diterima oleh tanah. Beban itu
menyebabkan balok cenderung berotasi. Tetapi pada struktur rangka kaku akan
terjadi rotasi bebas pada ujung yang mencegah rotasi bebas balok. Hal ini
dikarenakan ujung atas kolom dan balok berhubungan secara kaku. Hal penting
yang terjadi adalah balok tersebut lebih bersifat mendekati balok berujung
jepit, bukan terletak secara sederhana.
Seiring
dengn hal tersebut, diperoleh beberapa keuntungan, yaitu bertambahnya kekakuan,
berkurangnya defleksi, dan berkurangnya momen lentur internal. Akibat lain dari
hubungan kaku tersebut adalah bahwa kolom menerima juga momen lentur serta gaya
aksial akibat ujung kolom cenderung memberikan tahanan rotasionalnya. Ini
berarti desain kolom menjadi relatif lebih rumit. Titik hubung kaku berfungsi
sebagai satu kesatuan. Artinya, bila titik ujung itu berotasi, maka sudut
relatif antara elemen-elemen yang dihubungkan tidak berubah. Misalnya, bila
sudut antara balok dan kolom semula 900, setelah titik hubung berotasi, sudut
akan tetap 900. Besar rotasi titik hubung tergantung pada kekakuan relatif
antara balok dan kolom. Bila kolom semakin relatif kaku terhadap balok, maka
kolom lebih mendekati sifat jepit terhadap ujung balok, sehingga rotasi titik
hubung semakin kecil.
Bagaimanapun
rotasi selalu terjadi walaupun besarannya relatif kecil. Jadi kondisi ujung
balok pada struktur rangka kaku terletak di antara kondisi ujung jepit (tidak
ada rotasi sama sekali) dan kondisi ujung sendi-sendi (bebas berotasi). Begitu
pula halnya dengan ujung atas kolom. Perilaku yang dijelaskan di atas secara
umum berarti bahwa balok pada sistem rangka kaku yang memikul beban vertikal
dapat didesain lebih kecil daripada balok pada sistem post and beam.
Sedangkan kolom pada struktur rangka kaku harus didesain lebih besar
dibandingkan dengan kolom pada struktur post and beam, karena pada
struktur rangka kaku ada kombinasi momen lentur dan gaya aksial. Sedangkan pada
struktur post and beam hanya terjadi gaya aksial. Ukuran relatif kolom
akan semakin dipengaruhi bila tekuk juga ditinjau. Hal ini dikarenakan kolom
pada struktur rangka mempunyai tahanan ujung, sedangkan kolom pada post and
beam tidak mempunyai tahanan ujung. Perbedaan lain antara struktur rangka
kaku dan struktur post and beam sebagai respon terhadap beban vertikal
adalah adanya reaksi horisontal pada struktur rangka kaku. Sementara pada
struktur post and beam tidak ada.
Pondasi
untuk rangka harus didesain untuk memikul gaya dorong horisontal yang
ditimbulkan oleh beban vertikal. Pada struktur post and beam yang
dibebani vertikal, tidak ada gaya dorong horisontal, jadi tidak ada reaksi
horisontal. Dengan demikian, pondasi struktur post and beam relatif
lebih sederhana dibandingkan pondasi untuk struktur rangka.
Ini
merupakan salah satu kerusakan tipikal bangunan-bangunan lama, yang mana
fokusnya masih pada pembebanan vertikal. Perhatikan tembok satu batu saja
dengan ringannya dapat terbelah oleh gempa, juga balok kayu di atas, meskipun
masih utuh, tetapi tidak ada peranannya dalam memikul gaya lateral akibat
gempa. Itu merupakan konstruksi simple beam, sedangkan tembok seperti kolom
kantilever, bahkan mungkin seperti sendi-bebas (tidak stabil terhadap beban
lateral).
2. Beban
Horisonta
Perilaku
struktur post and beam dan struktur rangka terhadap beban horisontal
sangat berbeda. Struktur post and beam dapat dikatakan hampir tidak
mempunyai kemampuan sama sekali untuk memikul beban horisontal. Adanya sedikit
kemampuan, pada umumnya hanyalah karena berat sendiri dari tiang / kolom (post),
atau adanya kontribusi elemen lain, misalnya dinding penutup yang berfungsi
sebagai bracing. Tetapi perlu diingat bahwa kemampuan memikul beban
horisontal pada struktur post and beam ini sangat kecil. Sehingga
struktur post and beam tidak dapat digunakan untuk memikul beban
horisontal seperti beban gempa dan angin. Sebaliknya, pada struktur
rangka timbul lentur, gaya geser dan gaya aksial pada semua elemen, balok
maupun kolom. Momen lentur yang diakibatkan oleh beban lateral (angin dan
gempa) seringkali mencapai maksimum pada penampang dekat titik hubung. Dengan
demikian, ukuran elemen struktur di bagian yang dekat dengan titik hubung pada
umumnya dibuat besar atau diperkuat bila gaya lateralnya cukup besar.
Rangka kaku
dapat diterapkan pada gedung besar maupun kecil. Secara umum, semakin tinggi
gedung, maka akan semakin besar pula momen dan gaya-gaya pada setiap elemen
struktur. Kolom terbawah pada gedung bertingkat banyak pada umumnya memikul
gaya aksial dan momen lentur terbesar. Bila beban lateral itu sudah sangat
besar, maka umumnya diperlukan kontribusi elemen struktur lainnya untuk
memikul, misalnya dengan menggunakan pengekang (bracing) atau dinding
geser (shear walls).
Efek Kondisi
Pembebanan Sebagian
Seperti yang
terjadi pada balok menerus, momen maksimum yang terjadi pada struktur rangka
bukan terjadi pada saat rangka itu dibebani penuh. Melainkan pada saat dibebani
sebagian. Hal ini sangat menyulitkan proses analisisnya. Masalah utamanya
adalah masalah prediksi kondisi beban yang bagaimanakah yang menghasilkan momen
kritis.
Mantaf
BalasHapus